Fakta Jember – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menggelar pertemuan secara daring dengan warga negara Indonesia (WNI) di Suriah, Sabtu 7 Desember 2024.
Pertemuan digelar menyusul meningkatnya konflik antara koalisi oposisi dan militer pemerintah Suriah yang berlangsung sejak 27 November 2024.
Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan pihaknya menjelaskan situasi keamanan terakhir serta langkah-langkah kontingensi yang diperlukan.
“Termasuk jika harus dilakukan evakuasi,” ujarnya, Minggu 8 Desember 2024.
Akibat eskalasi konflik di Suriah, Kedutaan Besar RI (KBRI) Damaskus menetapkan status Siaga 1 di seluruh negeri itu.
Padahal sebelumnya status tersebut hanya diterapkan pada sejumlah wilayah seperti Aleppo dan Hama.
Menurut Judha, pemerintah juga memastikan akan terus mengimbau WNI di Suriah secara rutin serta memantau situasi dari dekat.
“Saat ini, situasi di Suriah masih sangat dinamis,” ujarnya.
Otoritas imigrasi Suriah menyatakan jumlah WNI di negara tersebut mencapai 1.162 jiwa.
Mereka tersebar di berbagai provinsi dan mayoritas menetap di Damaskus, sebagian besar merupakan pekerja migran.
Pada Minggu 8 Desember 2024, kelompok pemberontak Suriah mengklaim telah menguasai ibu kota negara tersebut yaitu Damaskus.
Presiden Bashar al-Assad disebut-sebut telah meninggalkan negeri itu dan keberadaannya hingga kini disebutkan masih misterius.
Para pemberontak juga tengah menginterogasi perwira militer serta pejabat intelijen Suriah yang mungkin mengetahui pergerakan Assad.
Sementara pesawat Ilyushin 76 milik Syrian Air bernomor 9218 menjadi penerbangan terakhir yang lepas landas dari Damaskus.
Pemberontak Suriah merebut ibu kota Suriah, Damaskus, serta mengatakan Presiden Suriah, Bashar al-Assad telah meninggalkan Suriah, Minggu 8 Desember 2024.
Mereka menyatakan bahwa Damaskus telah dibebaskan. Namun, belum diketahui tujuan Assad usai meninggalkan Suriah.
“Tiran Bashar al-Assad telah melarikan diri… kami menyatakan kota Damaskus bebas”, kata faksi pemberontak di Telegram, dilansir AFP.
Pemberontak tersebut kemudian mengumumkan ‘era baru’ untuk Suriah, setelah kepemimpinan Assad sejak tahun 2000.
Mereka menyinggung kekuasaan Partai Ba’ats Suriah yang telah berlangsung selama 50 tahun.
“Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath, dan 13 tahun kejahatan dan tirani dan pemindahan paksa… kami umumkan hari ini berakhirnya periode gelap ini dan dimulainya era baru bagi Suriah,” sebut pernyataan pemberontak Suriah.
Pemberontak Suriah menyerukan kepada warga negara Suriah di luar negeri untuk kembali ke Suriah, yang diklaim telah bebas.
Mereka juga mengatakan bahwa Damaskus kini bebas dari tiran.
Kaburnya Assad dari Suriah dikonfirmasi oleh pemantau perang asal inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), Minggu.
Pasukan pemerintah Suriah telah kehilangan sebagian besar wilayahnya akibat serangan pemberontak yang cepat.
“Assad meninggalkan Suriah melalui Bandara Internasional Damaskus sebelum pasukan keamanan militer meninggalkan (fasilitas itu),” kata Kepala SOHR, Rami Abdel Rahman.
Para pemberontak Suriah juga telah membobol Penjara Sednaya di Damaskus yang terkenal.
Mereka mengumumkan ‘berakhirnya era tirani’ di Penjara Sednaya.
Sementara, Perdana Menteri Suriah, Muhammad al-Jalali, menyatakan siap bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat.
Ia juga menyatakan siap dengan proses serah terima apa pun, setelah Assad meninggalkan negara itu.
“Negara ini bisa menjadi negara normal yang membangun hubungan baik dengan tetangganya dan dunia… tetapi masalah ini tergantung pada kepemimpinan yang dipilih oleh rakyat Suriah,” katanya.
“Kami siap bekerja sama dengannya (kepemimpinan itu) dan menawarkan semua fasilitas yang memungkinkan,” kata Jalali dalam pidato yang disiarkan di akun Facebook-nya di hari yang sama. (*)
Sumber: KBRN, AFP