PENDIDIKAN

Peneliti Universitas Jember Ciptakan Detektor Angin Puting Beliung dan Longsor

faktajember.com – Untuk mengantisipasi bencana alam, peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Jember menciptakan detektor angin puting beliung dan detektor longsor. Detektor ini telah dipasang di beberapa lokasi di Jember.

Menurut ketua tim peneliti Januar Fery Irawan, detektor angin puting beliung dipasang di Desa Karangrejo, Kecamatan Sumbersari sebanyak dua buah, dan satu alat di Dusun Gempal, Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari. Sementara untuk detektor longsor dipasang di Desa Suci, Kecamatan Panti, dan di Desa Pace, Kecamatan Silo.

Detektor angin puting beliung bekerja dengan cara mengukur kecepatan angin yang datang. Peneliti menempatkan animometer analog yang fungsinya mengukur kecepatan angin.

“Jika kecepatan angin mencapai 35 kilometer per jam, maka otomatis sensor akan mendeteksi sebagai gejala angin puting beliung dan memerintahkan sirine agar berbunyi,” jelasnya saat memeriksa detektor angin puting beliung, Rabu, 12 Desember 2018.

Sirine bakal berbunyi selama kurang lebih sepuluh hingga lima belas menit guna memperingatkan warga sekitar, sehingga memiliki waktu untuk menyelamatkan diri. Untuk diketahui, proses terbentuknya angin puting beliung atau angin ribut didahului terlebih dahulu oleh angin yang kecepatannya bertambah secara bertahap.

Penempatan detektor angin puting beliung di Desa Karangrejo, Kecamatan Sumbersari dan Dusun Gempal, Kecamatan Pakusari berdasarkan riwayat terjadinya bencana sebelumnya.

“Daerah Karangrejo ini tahun 2017 lalu pernah dilanda angin puting beliung hingga merobohkan pohon-pohon besar di tepi jalan,” kata Januar. Detektor angin puting beliung di Desa Karangrejo sudah terpasang semenjak setahun lalu.

Ketua RT 02 RW 12 di Dusun Gempal, Desa/Kecamatan Pakusari Mahfud menjelaskan, tahun 2017 terjadi bencana puting beliung. Satu gudang dan 11 rumah rata dengan tanah. “Satu warga kami meninggal dunia dan puluhan menderita luka-luka,” ujarnya.

Baca Juga :  Anggota Paskibraka Dapat Beasiswa Bupati

Untuk detektor longsor, cara kerjanya hampir mirip dengan detektor angin puting beliung. Bedanya sensor ditanam di dalam tanah sehingga bisa mendeteksi gerakan tanah yang terjadi.

“Sensor yang kami tanam mampu mendeteksi gerakan tanah hingga pergeseran lima milimeter, jika terjadi gerakan tanah selama satu menit maka sensor akan memerintahkan sirine untuk berbunyi. Sehingga masih ada waktu bagi warga untuk menyelematkan diri,” ungkap Satrio Budi Utomo, peneliti lainnya.

Pemasangan detektor longsor di Desa Suci Kecamatan Panti dan Desa Pace Kecamatan Silo dilakukan semenjak setahun lalu mengingat kedua daerah tersebut termasuk daerah rawan longsor. (achmad)

Bagikan Ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.