Untuk menjadi kabupaten welas asih memulainya dari sekolah di tingkat paling dasar. Ini karena peran guru sangat besar dalam mengarahkan siswanya menjadi masyarakat welas asih.
Ini dilontarkan Wakil Bupati Jember, Drs. KH. A. Muqit Arief dalam compassionate school training bagi kalangan pendidik, Jum’at, 11 Oktober 2019, di Pendapa Wahyawibawagraha.
“Terima kasih karena telah mengikuti pelatihan ini hingga selesai, sehingga kita bisa melangkah bersama mencapai harapan kita menjadi kabupaten yang welas asih,” tutur Wabup dalam sambutannya.
Pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam mengantarkan Jember menjadi kabupaten welas asih.
Wabup menyampaikan, untuk menjadi kota welas asih ini diawali dengan memberikan pemahaman tentang kreteria tentang sebuah kota bisa disebut sebagai kota welas asih.
“Ketika nanti sudah paham dengan segala kreterianya, kemudian langkah apa yang akan kita lakukan, kita bahas di sini,” jelas Wabup.
Program kota yang welas asih ini harus didukung oleh seluruh elemen di Jember. Semua elemen harus bisa berpartisipasi. “Harus dikasih pemahaman dulu, sehingga semua elemen bisa terintegrasi,” ungkapnya.
Masyarakat yang terintegrasi, lanjut Wabup, merupakan harapan semua pihak. “Itu sebetulnya ajaran agama dan nilai bangsa untuk saling peduli satu sama lain,” tegasnya.
Melihat program kota welas asih ini, Wabup menilai telah dijalankan di Jember. Diantaranya telah memberikan pelayanan kepada lansia sebagai bentuk kepedulian, memberikan pelayanan kepada anak yatim, membuat taman kota, dan memberikan akses kepada difabel. “Ini semua sudah kita mulai,” Wabup.
“Hanya saja, bagaimana program-program ini menjadi terintegrasi, baru kita mulai sejak kemarin, dimulai dari lingkungan Pemkab dan hari ini dari lingkungan pendidikan dan seterusnya selama 3 bulan ke depan,” terangnya.
Haidar Bagir, Compassionate Action Indonesia, menyatakan, melahirkan masyarakat yang welas asih dimulai dari siswa sekolah, dari tingkat yang paling dasar.
Haidar menjelaskan, bagaimana guru mengajarkan kepada siswanya untuk berbuat baik tidak hanya karena takut dimarahi gurunya.
“Tetapi buatlah anak itu menanamkan pada dirinya untuk peduli dan berbuat baik satu sama lain, sehingga menanamkan welas asih itu sejak dini,” jelasnya.
Sementara Haidar mengakui program yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Jember telah mengarah kepada program welas asih dan sudah dilakukan.
“Yang paling tahu tentang kebutuhan Jember ini ya Jember ini sendiri. Fungsi kami disini cuma untuk memfasilitasi dan mendampingi,” katanya.
Jadi, lanjut Haidar, program yang ada diintegrasikan hingga tidak terlepas dari perspektif untuk melahirkan warga yang penuh welas asih.
“Kami hanya memastikan, dalam deru pembangunan kota, perspektif welas asih itu selalu ada di background pemikiran kita pada saat merancang dan menyelenggarakan program program itu,” tuturnya.
Dalam tiga bulan ini sifatnya sosialisasi dan pembuatan pilot projek. Nanti, sembilan bulan sisanya akan masuk multiplikasi dan penyebaran ke seluruh Jember.
“Saya kira Jember sendiri sudah bergerak ke arah situ dengan cepat. Kami hanya memastikan dan menemani, mendampingi supaya terus diwarnai oleh perspektif untuk melahirkan warga negara yang penuh welas asih,” imbuhnya.
Haidar mengaku melihat semangat Pemerintah Kabupaten Jember. Bahkan ia mengaku merasakan idealisme bupati dan wakil bupati serta pejabat OPD-nya. (mutia/izza/*f2)