PENDIDIKAN

Mahasiswa UI Borong Penghargaan di Konferensi Kesehatan Internasional

Dua mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Yudha Asy’ari, S.ST. Ft., S.K.M., dan Ulfi Hida Zainita, S.K.M. meraih penghargaan yang diperoleh dari konferensi internasional. ANTARA

Fakta Jember – Dua mahasiswa Universitas Indonesia (UI) kembali mengharumkan nama bangsa.

Keduanya berhasil meraih penghargaan sebagai The Best Oral Presentation dalam konferensi internasional The 55th Asia Pacific Academic Consortium for Public Health (APACPH) 2024.

Acara itu diselenggarakan di BEXCO, Busan, Korea Selatan.

Baca Juga :  John Krasinski Dinobatkan Sebagai Pria Terseksi di Dunia Versi People

Prestasi membanggakan ini diraih setelah keduanya berhasil menyisihkan ratusan peserta dari berbagai negara di Asia-Pasifik.

MElansir ANTARA, dua mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Yudha Asy’ari, S.ST. Ft., S.K.M., dan Ulfi Hida Zainita, S.K.M., meraih penghargaan yang diperoleh dari konferensi internasional The 55th Asia Pacific Academic Consortium for Public Health (APACPH) 2024 yang diselenggarakan di BEXCO, Busan, Korea Selatan.

Kedua mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu terpilih menjadi The Best Oral Presentation setelah menyisihkan 500 orang partisipan dari berbagai negara se Asia-Pasifik.

Baca Juga :  Mon Ikeun, Desa Wisata di Aceh yang Siap Hadapi Tsunami

Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., di Kampus UI Depok, Rabu, memberikan apresiasi kepada para mahasiswa yang berhasil membawa nama baik FKM UI di kancah internasional.

“Alhamdulillah, FKM UI tak hentinya berbangga atas capaian para mahasiswanya,” katanya.

Kali ini, mahasiswa S2 FKM UI, Yudha dan Ulfi yang memberikan prestasi di kancah internasional. Dengan banyaknya prestasi mahasiswa FKM di kancah internasional ini membuktikan bahwa FKM UI telah secara berkelanjutan berhasil mencapai upaya internasionalisasi.

Hal ini diraih berkat cara penyajian presentasi yang baik dan cara menanggapi pertanyaan saat sesi tanya jawab yang dianggap memenuhi kriteria penilaian yang dilakukan oleh chairperson dari masing-masing topik.

Baca Juga :  Pipa Hidrogen akan Hubungkan Indonesia dengan Singapura

Pada saat presentasi, Yudha yang meraih 1st Best Oral Presenter memaparkan topik epidemiologi berjudul “Analysis of the Factors Influencing Outcome in Patients with Spinal Cord Injury in Jakarta”.

Ia mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil yang lebih baik pada pasien spinal cord injury (SCI) selama rawat inap.

“Cedera tulang belakang atau spinal cord injury dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Kerusakan tersebut dapat memengaruhi aspek motorik, sensorik, mental, seksual, dan ekonomi,” ujar Yudha.

Penelitiannya ini menggunakan desain penelitian cross-sectional institusional yang digunakan untuk menganalisis pasien SCI yang dirawat di Rumah Sakit Umum Fatmawati antara tahun 2020 dan 2021.

Baca Juga :  Setelah Hutang Dihapus oleh Presiden Prabowo Subianto, UMKM Bisa Dapat Rp300 Triliun

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usia, etiologi, dan American Spinal Injury Association (ASIA) Impairment Scale saat masuk, semuanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bagaimana perubahan hasil untuk pasien SCI di Jakarta.

“Untuk itu, kami menyoroti kebijakan yang dibutuhkan, seperti peraturan Kementerian Kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit menular yang dapat menyebabkan SCI agar kasus SCI tidak banyak ditemukan lagi pada pasien,” kata Yudha.

Persentasi Yudha dinilai oleh Prof. Yoon Moonsoo dari Yonsei Unviersity dan Prof. Jeffery Stephen dari Universiti Malaysia Sarawak sebagai chairperson.

Baca Juga :  BPOM Cabut Izin Edar 16 Produk Kosmetik Berbahaya

Sementara itu, Ulfi yang meraih Best Oral Presenter memilih topik urban-rural environment dengan judul presentasi “A Nationwide Study: Climate Change Prevention Behavior among Indonesian Adolescents”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku pencegahan perubahan iklim pada remaja Indonesia.

Ulfi menyampaikan, perubahan iklim berpotensi mengancam hak-hak dasar remaja Indonesia. Oleh karena itu, perilaku pencegahan perubahan iklim menjadi hal mendasar untuk melindungi kehidupan remaja di masa mendatang.

Baca Juga :  Kabar Gembira! Petani Makin Mudah Dapat Pupuk Subsidi, Tinggal Tunggu di Gapoktan

Pada hasil penelitian yang dilakukan pada remaja dari wilayah Surabaya, Banjarbaru, Makassar, Kupang dan Jambi tersebut, ia menyampaikan bahwa perilaku pencegahan perubahan iklim pada remaja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.

Remaja dengan orang tua berpendidikan SMP, SMA, dan pendidikan tinggi memiliki perilaku yang sangat baik dalam mencegah perubahan iklim dibandingkan dengan remaja dengan orang tua berpendidikan rendah.

“Kerja sama orang tua diperlukan untuk membudayakan perilaku pencegahan perubahan iklim di rumah sebagai pelengkap pendidikan yang diterima anak-anaknya di sekolah. Membudayakan perilaku pencegahan akan membangun lingkungan yang sehat dan aman bagi kehidupan anak-anak di masa mendatang,” kata Ulfi. (*)

Sumber : ANTARA

Bagikan Ke: