PENDIDIKAN

Latih Tokoh Masyarakat untuk Menuju Kota Welas Asih

faktajember.com | Pendidikan | Kamis | 17 Oktober 2019 | 16:46 WIB

Jember Kota – Masih dalam rangkaian menuju Jember Kota Welas Asih, Pemerintah Kabupaten Jember kembali menggelar Compassionate School Training.

Bertempat di Pendapa Wahyawibawagraha, Kamis, 17 Oktober 2019, pelatihan ini diikuti sekitar 40 orang di lingkungan sekolah yang ditunjuk.

Kali ini, Compassionate School Training mengangkat topik Pendekatan Parenting dan Pemenuhan Gizi Menuju Sekolah Welas Asih.

Dalam pelatihan ini, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, Edy Budi Susilo, menjelaskan, kegiatan kali tentang pengetahuan pemenuhan gizi anak dan pencegahan bayi kerdil (stunting).

“Juga bagaimana cara menerapkan pengetahuan itu, dan program-program apa yang tepat untuk menyukseskan hal tersebut,” terang Edy.

“Termasuk salah satu yang sedang dicapai di Jember yakni pengentasan masalah bayi stunting,” imbuh Edy.

Kadispendik juga mengatakan 40 peserta terdiri dari tokoh masyarakat di lingkungan sekolah yang ditunjuk, perwakilan komite sekolah negeri dan swasta mulai dari PAUD sampai SMK.

Pelibatan tokoh masyarakat di lingkungan sekolah ini untuk mencapai tujuan kegiatan, yakni terkait tanggung jawab pemenuhan gizi anak, pencegahan bayi stunting, dan penerapan welas asih.

“Tidak hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tidak hanya tanggung jawab sekolah saja, tetapi juga melibatkan masyarakat untuk menggelorakan dan menyebarluaskan tentang pengetahuan ini,” terang Edy.

Dari para tokoh masyarakat ini, konsep-konsep dari pemerintah daerah bisa diterima oleh semua pihak, dan dapat masukan-masukan sebagai umpan balik dalam menyusun program yang paling tepat.

Untuk menuju Jember Kota Welas Asih, digelar pelatihan dan forum diskusi kelompok setiap minggu selama tiga bulan atau hingga bulan Desember. Setiap kegiatan mengangkat topik untuk mewujudkan kota welas asih.

Baca Juga :  Rumah Pintar Pemilu untuk Edukasi Politik

“Karena ini sebuah komitmen yang dicanangkan oleh Bupati Jember, bagaimana Jember menjadi kota yang masyarakatnya resah jika tidak melaksanakan hubungan toleransi, gotong-royong, dan saling memberikan manfaat, melindungi, dan memiliki rasa sosial yang tinggi,” ungkap Edy.

Jika konsep gotong royong sudah dilakukan di Jember, tinggal bagaimana pembangunan fisik yang sudah direalisasikan ini dikembangkan dengan pembangunan sosial. Salah satunya adalah membina hubungan welas asih diantara sesama masyarakat Kabupaten Jember.  (achmad)

Bagikan Ke: