faktajember.com | Sosial | 5 Maret 2019 | 19:21 WIB
Silo – Masyarakat Kecamatan Silo kembali menggelar tasyakuran atas keberhasilan penolakan tambang Blok Silo.
Kali ini menghadirkan kiai kharismatis KH R Ahmad Azaim Ibrahimy dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo.
Wakil Bupati Jember Drs. KH Abdul Muqit Arief hadir dalam acara yang digelar di Balai Desa Pace, Kecamatan Silo itu.
Menjawab pertanyaan wartawan, wabup mengungkapkan bahwa jaminan agar di Silo tetap tidak ada penambangan adalah kebersamaan masyarakat.
Terkait jaminan pemerintah, ujarnya, tergantung pada good will dari pemimpinnya. Baik pemimpin di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi.
Menurut wabup, kebersamaan masyarakat lebih penting untuk menjadi jaminan lingkungan terhindar dari kerusakan akibat tambang.
“Kebersamaan harus dirajut,” tutur pria yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Silo ini, usai gelar tasyakuran, Selasa, 5 Maret 2019.
Lebih jauh wabup menjelaskan, menjaga lingkungan dari kerusakan tidak hanya dengan menolak tambang. “Menolak tambang bukan satu-satunya jalan menjaga lingkungan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, masyarakat bisa melakukan upaya lainnya. Seperti menanam tanaman keras di lahan yang rawan longsor.
“Sebetulnya, salah satu yang kita kuatirkan dengan adanya pertambangan adalah kerusakan lingkungan,” ujarnya.
Setelah berhasil dengan penolakan tambang, masyarakat harus berinisiatif agar kerusakan tidak sampai terjadi.
Seperti menanam tanaman keras di kebun-kebun maupun di lahan-lahan Perhutani yang mereka garap.
“Jangan sampai hanya ditanami dengan tanaman-tanaman polowijo saja, yang tidak bisa mencegah terjadinya erosi, longsor, dan sebagainya,” wabup. (achmad)