Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jember, Gatot Triyono, mengimbau masyarakat untuk tidak mendekat ke lokasi bencana longsor Kalijompo di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Kaliwates.
“Saat ini kondisinya belum bisa diprediksi, apakah bangunan ruko yang tersisa masih kuat. Terlebih masih terasa bangunan bergerak,” ujarnya.
Bergeraknya bangunan ruko yang tersisa dirasakan sejumlah pekerja konstruksi yang sedang membongkar sarana yang ada di dalam salah ruko.
Peristiwa yang terjadi pada pukul 12.58, Selasa, 02 Maret 2020, itu membuat sejumlah pekerja berlari keluar ruko meninggalkan pekerjaannya.
“Kalau masyarakat mendekat tentu bisa membahayakan diri sendiri,” tegasnya.
Selain membahayakan diri sendiri, lanjut Gatot, banyaknya warga yang mendekat bisa menggangu kerja tim tanggap bencana.
“Kami juga berharap kepada masyarakat untuk tidak menonton proses evakuasi yang bisa menyebabkan macet jalan alternatif,” imbuhnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Sementara itu, Andi mengaku merasakan getaran bangunan ruko saat naik tangga untuk membongkar bagian atas ruko.
“Agak bergetar sedikit,” pekerja konstruksi. “Kayak tanah gerak. Kayak gempa, tapi sedikit,” imbuhnya. “Begitu yang saya rasakan,” lanjutnya.
Sementara itu, Plt. Sekretaris DPU Bina Marga, Danang Andriasmara, St., M.Si., menjelaskan, tim tanggap bencana sempat menghentikan upaya pengangkatan material runtuhan ruko dari Sungai Jompo.
Penghentian itu dilakukan sekira pukul 12.00 setelah mendapatkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember tentang debit air naik di bagian hulu Sungai Jompo.
“Kami saat ini sebenarnya sedang berhadapan dengan alam,” ujarnya. “Jadi kami harus berhati-hati,” imbuhnya. Pengangkatan material dilanjutkan pukul 14.15.
Terkait dengan pengangakatan material reruntuhan bangunan ruko, Danang menjelaskan masih berupaya menghancurkan beton bekas penyangga ruko untuk meringankan beban saat crane nantinya mengangkat besi bekas beton. (agus/*f2)