Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, berharap masyarakat Jember memaklumi penutupan jalan saat proses penanganan bencana ambrolnya Jalan Sultan Agung, Kaliwates, yang menyebabkan sembilan ruko amruk ke Sungai Jompo.
“Masyarakat Jember bisa memaklumi Jalan Sultan Agung harus ditutup untuk kepentingan evakuasi pembersihan dan pembongkaran bangunan di sekitar Jompo,” kata gubernur, Selasa dini hari, 03 Maret 2020.
Gubernur didampingi Bupati Jember, dr. Faida, MMR., dan Dandim 0824 Jember, La Ode M Nurdin, meninjau lokasi bencana yang terjadi Senin, 02 Maret 2020, sekira pukul 04.00 tersebut.
Pembersihan reruntuhan bangunan ruko yang jatuh ke sungai dan perobohan bangunan yang masih berdiri menggunakan sejumlah alat berat.
Sebelumnya, masih terang gubernur, kajian yang telah dilakukan merekomendasikan bangunan harus dibongkar. “Karena sudah nampak ada pengeroposan bangunan di bawah dan tidak aman,” jelasnya.
Penyelesaian masalah itu, lanjutnya, akan dilakukan secara berkesinambungan antara Pemkab Jember, Pemprov Jatim, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Karena masing-masing kewenangannya berbeda. Jalannya jalan nasional, sungainya dalam kewenangan pemprov, dan bangunan kewenangan Pemkab Jember,” ujarnya.
Selaian itu, gubernur menjelaskan Pemprov Jatim akan terus memantau kesediaan logistik untuk warga Jember yang terdampak banjir maupun menambah bronjong.
Di tempat yang sama, Bupati Faida menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Jember sebelumnya telah melakukan langkah-langkah antisipasi amblesnya jalan dan runtuhnya ruko, seperti pengosongan ruko.
Rekomendasi pusat yang keluar akhir tahun 2019 agar Pemkab Jember merobohkan pertokoan juga telah ditindaklanjuti dengan menganggarkan pada tahun 2020.
“Kali ini dilakukan percepatan evakuasi bencana,” ungkapnya. Pengangkatan reruntuhan bangunan dari sungai menggunakan sejumlah alat berat.
Sementara untuk perobohan bangunan ruko yang masih berdiri, yaitu ruko nomor 11 hingga 31, diupayakan kea rah jalan.
“Jika dirobohkan ke sungai akan menimpa rumah-rumah penduduk di sekitarnya, juga akan menghambat sungai,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Pertokoan Jompo yang diresmikan pada tahun 1976 berdiri di atas Sungai Jompo. Sebagian bangunan ini roboh pada Senin, 02 Maret 2020, sekira pukul 04.00.
“Untuk merobohkan ruko harus menutup jalan nasional. Kemungkinan sampai dua minggu dan diharapkan dapat dipercepat,” harapnya.
Percepatan dilakukan dengan menambah alat berat dan pemasangan lampu sorot agar bisa bekerja 24 jam dengan tiga shift.
Selain menangani bencana ambrol di Jalan Sultan Agung itu, Pemkab Jember saat ini juga sedang menangani bencana di beberapa lokasi di Kabupaten Jember. Terutama bencana banjir.
“Sudah disurvei. Sembilan titik yang memerlukan penanganan cepat dan perlu bronjong,” jelasnya. Pemkab Jember telah meminta bantuan Pemprov Jawa Timur sebanyak 2.500 bronjong dan pemerintah pusat sebanyak 300 bronjong.
“Karena 1800 bronjong yang ada di Jember sudah terpasang semua,” ungkap bupati.
Salah satu daerah yang mengalami bencana banjir yaitu di Kecamatan Sumberbaru. Korban terdampak banjir sebanyak 1.170 kepala keluarga dengann lebih 3.500 jiwa.
Penanganan bencana banjir ini berkolaborasi dengan Pemprov Jatim, utamanya terkait dengan logistik bagi korban terdampak. (izza/mutia/*f2)