KESEHATAN

Gerakan Semagi untuk Cegah Siswa Kerdil

| faktajember.com | Kesehatan | Rabu | 12 Februari 2020 | 16:09 |

Ledokombo – Kondisi kerdil (stunting) menjadi problem yang mesti diatasi oleh semua pihak. Banyak cara yang bisa dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Jono Wasinudin.

Camat Ledokombo, Jember, Jawa Timur, ini punya cara yang akhirnya diakui sebagai langkah untuk mencegah kondisi kerdil di wilayahnya.

Jono menceritakan, dua dari sepuluh desa di Kecamatan Ledokombo termasuk kategori desa kerdil atau desa stunting. Dua desa itu yakni Desa Sukogidri dan Slateng. Kondisi ini yang membuatnya prihatin.

Sebenarnya, Dinas Kesehatan telah mengupayakan pencegahan kondisi kerdil dengan kerja sama GAIN. Kerja sama ini terfokus pada ibu hamil dan anak di bawah dua tahun. Dengan demikian, anak di atas dua tahun tak tersentuh program ini.

Untuk itu, pembangunan sumber daya manusia yang didengungkan Bupati Jember, dr. Faida, MMR., harus diperjuangkan. “Kata Ibu Bupati, membangun Jember sejatinya membangun sumber daya manusia,” ulas Jono Rabu, 12 Februari 2020.

“Akhirnya, saya mempunyai ide untuk anak di atas dua tahun, yang selama ini sudah bersekolah di PAUD, TK, SD, harus dibiasakan makan pagi,” katanya.

“Anak-anak diimbau setiap hari Senin untuk membawa bekal makan pagi dari rumah, dan dimakan setelah melaksanakan upacara bendera,” jlentrehnya.

Jono menyampaikan pendapatnya tentang penyebab kondisi kerdil. Menurutnya, kondisi itu bisa terjadi pada orang yang mampu dengan pola makan yang keliru.

Pola makan yang salah itu, menurut Jono, yaitu  makan hanya dua kali sehari atau makan tidak pernah pakai sayur dan tak mengonsumsi buah.

Karena itu, Jono menggagas sarapan bersama di sekolah. Kegiatan ini ia sebut dengan Semagi, yaitu Senen Makan Pagi.

Baca Juga :  Bang Tino Bantu Peternak Dusun Perbalan Beri Pengobatan Awal Ternak Terjangkit PMK

Gerakan kesehatan ini merupakan rangsangan supaya anak mau makan pagi. Berikutnya, diharapkan anak bisa makan tiga kali sehari. Gerakan ini telah dimulai sejak Juli 2019. Semua sekolah, baik PAUD, TK, dan SD, harus melaksanakannya.

“Kebiasaan sebelumnya, anak hanya makan dua kali sehari. Berangkat sekolah hanya diberi uang saku rata rata dua ribu rupiah,” terang Jono soal kebiasaan anak sekolah di Kecamatan Ledokombo.

Untuk mengajak anak-anak sekolah makan pagi tampaknya cukup sulit. Ini yang menyebabkan Semagi juga melibatkan Satpol PP. “Supaya ada rasa takut, sehingga anak anak terpaksa mau makan pagi,” ujarnya lantas tertawa.

Dengan gerakan Semagi ini, imbauan untuk makan memakai sayur juga bisa terlaksana. Anak-anak mendapat penjelasan tentang gizi seimbang. Makanan harus ada karbohidrat, protein, dan mineral. “Bisa langsung dipraktekkan,” ujarnya.

Gerakan ini cukup berhasil. Ini terlihat di SD Lembengan 1, 2, 3 dan di SDN  Ledokombo 1.  Di sekolah tersebut bukan hanya Senin makan pagi. “Gerakan ini sudah berubah menjadi semangat makan pagi. Maksudnya, tiap hari anak-anak membawa makan pagi,” ujarnya.

Menurut penuturan para guru, gerakan ini bisa mengurangi kebiasaan anak jajan sembarangan. Anak pun bisa betah di dalam kelas. “Anak bisa menabung dan bisa rekreasi. Berat badan bertambah, dan anak yang di TK jarang sakit,” ungkapnya.

“Akhirnya berantas camilan sembarangan dengan Semagi bisa terwujud,” tandasnya bangga. (achmad)

Bagikan Ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.