faktajember.com – Peristiwa perahu nelayan Puger yang tenggelam dan memakan korban sembilan orang pada Kamis (19/7/2018) menjadi perhatian Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR., delapan orang ditemukan meninggal dan satu orang masih dalam pencarian.
Bupati Faida mengunjungi satu per satu rumah Sembilan korban, Minggu (22/7/2018). Kunjungan itu untuk memberikan bantuan serta perhatian pemerintah terhadap keluarga korban.
Bupati Faida menjelaskan, ada diantara korban meninggalkan beberapa anak kecil. Mereka menjadi yatim.
“Kita berusaha bagaimana anak anak yang ditinggalkan masih tetap bisa sekolah, termasuk janda- jandanya dapat teringankan beban sehari-harinya,” jelas Bupati Faida kepada wartawan.
“Setinggi apapun cita-cita kemauan sekolahnya. Bantuan pendidikan dapat melalui beasiswa untuk anak yatim dan yatim piatu termasuk korban laut ini,” imbuhnya.
Ada anak yatim kakak beradik yang masih kecil dan sendiri di rumahnya. Melihat kondisi ini, Bupati memutuskan untuk memberikan makan setiap hari melalui warung terdekat. Makan sehari tiga kali ini dibiayai oleh pemerintah.
Lebih jauh Bupati Faida mengungkapkan sembilan korban perahu ternggelam itu belum terdukung asuransi kesehatan. Mereka tidak termasuk 3.700 nelayan yang pada tahun 2017 mendapatkan asuransi.
Saat ini terdata 12 ribu nelayan di Kabupaten Jember, namun masih sekitar 3700 yang mendapat asuransi nelayan.
Dari asuransi itu ada bantuan dari Presiden melalui menteri sosial per korban Rp. 15 juta dan ada santunan dari Pemerintah Kabupaten Jember Rp. 5 juta per orang.
Sebenarnya ada kuota sebesar 5000 pada tahun lalu. Namun, kendala kecocokan data membuat kuota tersebut tidak sepenuhnya terserap. Asuransi ini akan dilanjutkan melalui anggaran Pemerintah Kabupaten Jember, utamanya untuk nelayan yang menggunakan kapal 5 GT ke bawah.
Banyaknya korban pada peristiwa perahu tenggelam diduga akibat nelayan tidak menggunakan alat pelindung diri.
“Sudah saatnya nelayan membekali diri dengan alat pelindung diri (APD) selama melaut. Untuk itu kita wajibkan para nelayan menggunakan pelampung,” terang Bupati Faida.
Terkait pelampung itu, Pemerintah Kabupaten Jember akan menyiapkan anggaran di perubahan APBD tahun ini. Anggaran untuk pelampung itu bagi nelayan dengan kapal di bawah 10 GT.
Deijelaskannya, 85 persen kapal yang digunakan nelayan Jember adalah kapal di bawah 10 GT. Mayoritas memakai kapal 5 GT. Menurut Bupati, data ini menunjukkan kondisi rawan.
“Sehingga dalam setahun hanya enam bulan bisa melaut dan dalam keadaan tidak cukup aman. Oleh karena itu, kita akan bersinergi dengan pemerintah pusat untuk memberikan bantuan kepada nelayan secara bertahap untuk mendapatkan kapal-kapal di atas 10 GT,” ungkapnya.
Bupati berpesan, dengan kondisi kapal dan tidak adanya alat pelindung diri itu harus ekstra hati-hati. Saat gelombang tinggi jangan sampai nelayan memaksakan diri melaut.
Sebenarnya nelayan masih punya alternative. “Kita akan mencoba menggerakkan kehidupan bergotong royong mengelola tambak rakyat. Pemerintah yang akan menyiapkan bahannya dan pendampingan dari kementerian kelautan dan perikanan,” ungkapnya.
Pemerintah juga akan mengembangkan kuliner bahari yang bisa digawangi oleh ibu-ibu. “Sehingga selama 12 bulan kehidupan nelayan akan terjaga dengan baik,” jelasnya.
Pada masa laip atau paceklik, solusi yang bisa dikerkankan yaitu pekerjaan padat karya untuk nelayan. Dengan padat karya ini, pemerintah juga terbantu untuk pelaksanaan program di wilayah Puger. (mad)