faktajember.com – Masyarakat Jember patut berbangga dengan kiprah Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR. yang menjadi pembicara dalam seminar berskala internasional.
Perempuan pertama Bupati Jember ini menjadi pembicara bersama lima panelis lainnya. Mereka merupakan pegiat perjuangan perempuan berskala internasional.
Mereka adalah Nurhaida dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Rubin Japhta dari SME Asia Tenggara, Vivi Alatas dari World Bank Group, Sabine Muchl dari perwakilan PBB untuk perempuan wilagah ASEAN dan Philia Wibowo dari NGO internasional. Sebagai moderator yakn i mantan Puteri Indonesia, Zivan Letiska.
Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan bekerjasama dengan World Bank Group, Kamis (2/8/2018) di Hotel Sheraton Surabaya itu, Bupati Faida berbicara tentang kebijakan yang berpihak kepada perempuan.
Kebijakan yang berpihak kepada perempuan tersebut berupa penguatan peran perempuan. Menurutnya, penguatan itu bisa dilakukan dengan beberapa hal.
“Dari kebijakan pemerintah, keikutsertaan lembaga-lembaga perempuan dalam bersinergi dengan pemerintah. Terkait (penguatan) manajerial seperti melatih perempuan secara riil. Tidak kalah penting adalah kesehatan perempuan yang menjadi prioritas,” jelasnya.
Hal-hal yang sudah dilakukan di Jember, masih kata Bupati Faida, yaitu mengedukasi perempuan untuk lebih banyak menempati peran-peran politik, pemerintahan, dan manajerial.
Ia juga mengungkapkan rekam jejak peremuan dalam hal ekonomi, utamanya catatan perbankan. “Perempuan tercatat memiliki record yang bagus untuk urusan bisnis dan catatan bank. Tidak ada penunggak nakal dari perempuan,” ujarnya.
“Artinya tingkat tanggungjawab dan kejujurannya tinggi, sehingga layak untuk dikembangkan agar potensi mereka bisa meminimalisir kesenjangan gender,” katanya.
Paparannya dalam seminar bertema Women’s Participation for Economic Inclusiveness itu didengar langsung oleh dua menteri yang hadir, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Perlindungan Anak dan Perempuan Yohana Susana Yembise.
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, menurut penghitungan Wolrd Bank Group, saat ini masih ada kesenjangan hak perempuan setidaknya 15 persen.
“Jika kita bisa menurunkan angka kesenjangan ini, pendapatan masyarakat akan jauh lebih tinggi dan salah satunya adalah melalui kebijakan keuangan yang mendukung eksistensi perempuan,” ujarnya.
Pihaknya juga meyakini bahwa jika kesempatan kerja dan peluang finansial diperluas untuk perempuan, maka potensi perkembangan perekonomian secara makro akan meningkat.
“Kita menghitung, jika tidak ada percepatan peluang untuk perempuan, maka kita butuh waktu setidaknya 200 tahun untuk setara dengan negara-negara maju, tetapi jika peluang perekonomian perempuan diperluas, setidaknya kita bisa percepat menjadi 30 tahun,” lanjutnya.
Senada, Menteri Perlindungan Anak dan Perempuan, Yohana Susana Mambise menegaskan, Indonesia terpilih dari 10 negara di dunia oleh PBB sebagai negara pioner kesetaraan gender.
“Indonesia punya kompleksitas agama yang kuat, dan peran perempuan sebagai pilar, sehingga peran agama dalam hubungannya dengan perempuan ini memiliki peran yang tinggi,” ungkapnya.
Selain itu, tingginya potensi peran perempuan di Indonesia, akhirnya menjadikan Indonesia menjadi salah satu pioner yang dipilih oleh PBB untuk mewujudkan ‘World 50:50’.
“Kita carikan formulasi dalam seminar ini, supaya kesenjangan gender yang terjadi di Indonesia bisa segera terselesaikan,” tambahnya. (mad/hms)