Jember – Senin, 4/7/22 lalu, pertama kali bertemu secara langsung dengan sosok Bang Tino. Pria yang terkesan cuek saat pertama kali berkomunikasi ternyata justru sudah berbuat lebih dari yang diperkirakan banyak orang. Bang Tino, cukup dikenal di masyarakat bawah. Dia bergaul dengan semua golongan, mulai petani, buruh, PKL hingga pekerja media.
Bertemu di Dusun Perbalan ,Desa Karangharjo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Senin lalu, dia tak canggung blusukan ke kandang peternak yang sapinya terserang PMK. Dia hadir ditengah masyarakat, berbekal informasi dari tokoh muda kampung (dusun) itu bernama Ikhsan. Dialah yang mengabarkan bahwa ada lebih 75 sapi milik warga di dusunnya yang terserang PMK (Penyakit Mulut dan Kuku), yang menurut warga peternak, Pemerintah Daerah, Kecamatan, bahkan Puskeswan setempat belum mengirim seorangpun petugas guna mengecek kebenaran (sesuai informasi warga), namun dia tak ambil pusing.
Ditemani istri tercintanya, dan pemuda dusun sebagai penunjuk jalan, dia langsung turun membantu memberikan ramuan herbal, yang berfungsi sebagai pertolongan pertama pada hewan ternak yan terserang PMK. Satu persatu kandang warga didatangi, saat itu juga dia memberika sebotol ramuan herbal untuk satu ekor hewan yang sakit.
“Maaf, tadi infonya hanya sekitar 17-25 ekor sapi yang sakit, sehingga saya hanya membawa 30 botol ramuan untuk pertolongan awal, jadi masih kurang 40 botol, mas” ujarnya sambil membagi botol.
Mendapat bantuan jamu herbal untuk sapi sapinya, dengan sigap peternak (P. Yon, P. Lai, P. Chairul ) memberikan pada sapi yang sakit. Kepada wartawan dia mengatakan, yang dilakukannya hanya sebagian kecil ikhtiar sesama manusia, dan sisanya dia pasrahkan pada yang punya kehidupan. Artinya, apa yang dilakukannya hanya sebatas pertolongan awal, sedikit membantu pengobatan, selanjutnya menjadi domain Allah.
“Ya kami ini sekedar mengambil langkah sebagian kecil, selebihnya menjadi domain Allah” ujarnya singkat.
Disinggung soal kenapa dia begitu penting melihat persoalan PMK ini, Tino menjawab, ini problem rakyat, yang kini jadi problem Nasional, di dusun ini saja sudah lebih dari 75 ekor yang terserang, lha berapa jumlah 1 Desa, jumlah di 1 kecamatan, kalau dibiarkan, bagaimana nasib warga yang mereka investasi melalui beternak” ujarnya.
Tino juga menyampaikan, saat inilah dibutuhkan gerakan empati dari siapa saja yang mau, boleh pribadi maupun organisasi. Yang penting menurutnya, kita harus memiliki komitmen untuk membantu siapa saja yang membutuhkan sesuai kemauan dan kemampuan individu masing-masing.
Saat disinggung belum responnya pemerintah kabupaten, Tino enggan berkomentar, “maaf, saya tidak memiliki kewenangan untuk memberikan komentar, gerakan saya dan kawan kawan ini murni untuk masyarakat yang sedang butuh, dan saya tidak komen untuk yang lain” tegasnya.
Ternyata yang dilakukan tidak hanya di Desa Karangharjo saja, tapi juga di Desa Sumberdanti, Desa Sukowono kecamatan Sukowono, Desa Plerean, Kecamatan Sumberjambe, Desa Sumbersalak kecamatan Ledokombo, bahkan masih banyak yang menghubungi dari Desa lainnya.
Kedepan, laki laki bersahaja itu berharap, Pemerintah Kabupaten segera hadir membantu kesulitan peternak, agar mereka lebih merasa aman dan nyaman , dan lebih merasa di hargai. (Arya)