Jember – Isu yang berkembang beberapa hari terakhir terkait mulai tidak sejalannya duet pemimpin Jember yang beredar di masyarakat, hari ini dipupuskan dengan munculnya kembali bupati dan wakil bupati Jember di H. Hendy – Gus Firjaun di acara Jember Hadir Untuk Rakyat di Kecamatan Panti. Kehadiran dua tokoh sentral Jember ini memberikan bukti bahwa apa yang di kabarkan itu tidak benar adanya.
Pantauan media ini dilapangan, wajah kedua pemimpin tersebut begitu ceria, tidak menampakkan terjadi sesuatu diantara keduanya. Bahasa tubuh nya pun kompak, memberi bukti mereka berdua masih seperti diawal-awal memerintah. Gus Firjaun diacara J-Hur itu sempat menjadi Khotib di masjid dengan materi, sebagai hamba Allah diharapkan banyak bersyukur atas nikmat Allah, itu semua sebagai bentuk iman kepada sang Kholiq.
Sementara Bupati H. Hendy menghimbau kepada seluruh warga untuk terus waspada disetiap munculnya aliran aliran baru dimasyarakat, jika terjadi sesuatu harus segera mengkomunikasikan kepada ketua RT dan RW setempat.
Ditempat terpisah, Narto (45 tahun), warga Panti saat diminta komentarnya terkait kabar merenggangnya hubungan bupati dan wakil bupati mengatakan, kalau dirinya sebagai masyarakat awam tidak melihat perubahan keduanya, bisa jadi menurut ayah dua putra ini, ketidak bersamaan itu karena adanya bagi-bagi tugas, karena dimanapun tidak selamanya harus bersama, karena banyak tugas yang harus diselesaikan. Dirinya juga tak habis pikir dari mana kabar kalau keduanya tak seiring lagi. Terbukti, padatnya kegiatan akhirnya bisa membuat masing-masing bekerja sesuai tupoksinya.
“Saya tidak melihat ada keretakan diantara Bupati dan Wabup, bisa jadi karena tugas yang berbeda harus segera dituntaskan, itu yang membuat harus tidak terus bersama, toh Gubernur dan Wagub nya juga tidak selalu bersama, demikian halnya presiden dan wakilnya” urainya.
Hal sama disampaikan , Imron (35 tahun). Mendengar munculnya isu keretakan Bupati dan Wabup merupakan hal biasa, sebagai pendukung paket H. Hendy – Gus Firjaun, Imron menganggap masih dibatas kewajaran, karena banyak tugas yang harus diselesaikan diantara bupati dan Wabup.
“Biasa itu mas, kalau gak gitu gak rame, padahal sebenarnya bukan isu itu yang layak dimunculkan, namun lebih pas jika persoalan nasib GTT atau bagaimana repotnya rakyat dengan naiknya bahan pokok, terlebih jelang puasa” ujarnya. (Arya)