BUDAYA

Rasa Takut dan Harap kepada Allah Harus Seimbang

KH Miftachul Akhyar.

Fakta Jember – Manusia harus totalitas kepada Allah, serta tahu dan sadar diri manusia milik Allah.

“Sebagaimana Al-Qur’an telah menyatakan wallahu khalaqakum wama ta’malun,” jelas KH Miftachul Akhyar.

“Allahlah yang menciptakan kalian, wama dan apapun yang kalian lakukan,” lanjut Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.

“Apapun, min khairin wa sarrin. Baik itu sesuatu yang baik atau sesuatu yang jelek, itu diciptakan oleh Allah,” terangnya.

Lebih lanjut Kiai Miftach menjelaskan bahwa totalitas seperti itu sangat penting sekali.

Karena dari situlah akan mempercepat melahirkan rasa khauf (takut) dan raja’ (berharap).

Apabila khauf dan raja’ tidak seimbang, yang terjadi adalah kehidupan tidak seimbang, tidak stabil, tidak normal.

“Khauf saja. Maka yang ada hanyalah melihat dunia ini kejam, dunia ini nggak ada nikmatnya, dunia ini isinya hanya cobaan saja, kesengsaraan saja,” urainnya.

“Raja’ saja lebih dominan juga begitu, akan menganggap remeh peringatan-peringatan, kemaksiatan dosa dianggap remeh,” lanjutnya.

“Wong Allah ghafar, jadi semua akan dilakukan tanpa merasa beban. Inilah keseimbangan,” jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut berpesan agar hati-hati jangan sampai berpegang teguh dengan amal.

Sebab jika terpeleset kemaksiatan, dia akan kehilangan pegangan.

Belum tentu amal seseorang diterima oleh Allah.
“Lalu hidup kita bagaimana? Intinya kita diperintahkan memakmurkan bumi, tapi berakibat ibadah, nilainya nilai ibadah,” jelasnya lagi.

Contohnya, berumah tangga ibadah, ke sawah ibadah, semuanya ibadah.

Ini memang diperintahkan, karena manusia memang makhluk proyeksi akhirat, di samping diharapkan oleh Allah untuk menjadi lakon di dunia ini.

Kelahiran, kewujudan manusia itu merupakan kenikmatan dan anugerah yang besar

Sejauh mana manusia melaksanakan anugerah Allah ini agar menjadi lakon yang andal memerankan peran-peran.

“Jangan sekali-kali berpegang teguh kepada amal tadi, tetapi amal harus tetap dilakukan,” tegasnya.

Syekh Abdul Qadir Jailani memberikan contoh terkait hal itu.

Syekh Abdul Qadir Jailani ngomongin sholat. “Hai sholat, saya bisa wushul ilallah, saya bisa nyampai kepada Allah bukan karena kamu.”

“Tetapi saya harus melakukan, saya harus melaksanakan sholat. Tetapi sholat itu bukan yang menyebabkan saya wushul ilallah,” pungkasnya.

KH Miftachul Akhyar menyampaikan penjelasan di atas dalam Ngaji Syarah Al-Hikam pertemuan ke-4 di channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar, seperti dilansir NU Online, Kamis 9 Maret 2023. (achmad)

 

Bagikan Ke: