Fakta Jember – Masyarakat Indonesia kerap menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW.
Setiap tahun, tepatnya pada bulan Robi’ul Awal dalam kalender Islam, masyarakat Indonesia memperingati maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Rutinitas memperingati maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW itu menimbulkan pertanyaan.
Mengapa rutin memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW?
Alasan masyarakat rutin menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW diungkap oleh KH Abdul Haris, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jember yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Bidayah.
Saat berceramah dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman kantor Kejaksaan Negeri Jember, Jum’at 27 September 2024, alasan itu diungkap Kiai Abdul Haris.
“Manfaatnya adalah mengingatkan kita, bahwa kita adalah umatnya Nabi Muhammad,” terang Kiai Haris.
Upaya mengingatkan tersebut perlu terus dilakukan. Perlu rutin dilakukan dengan menggelar peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
“Kenapa harus diingatkan? Karena banyak yang lupa,” lanjutnya.
Saat lupa, sebagai umat Nabi Muhammad, seseorang sering teledor.
“Mengaku umat Muhmammad, tapi perilaku dan sikap tidak mencerminkan apa yang diajarkan Rosulullah,” terang Kiai Haris.
Kiai Haris pun menegaskan bahwa menjadi umat Muhammad tidak hanya sekedar pengakuan.
“Apakah Nabi Muhammad bangga mempunyai umat seperti kita? Senang atau sangat kecewa. Mari ini direnungkan,” tuturnya.
Kiai Haris mengutip sebuah hadis untuk memberi contoh perilaku yang sesuai ajaran Rasulullah.
“Jika tidak bisa berkata baik, maka diamlah,” tutur Kiai Haris.
Penulis: Achmad S
Editor : Achmad S