Jember – Jember terus berbenah, Jember menuju Kota Bebas Buang Air Besar Sembarangan. Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Jember menggandeng UNICEF dan UNAIR menggelar sosialisasi penyadaran masyarakat menuju kota ODF (Open Defecation Free) atau buang air besar sembarangan.
Hari ini, Kamis, 26/1/23, tim Unicef, Unair didampingi tim dinas kesehatan menggelar sosialisasi Menuju Jember Bebas Buang Air besar Sembarangan (ODF). Bertempat di Pendopo Kecamatan Rambipuji, ada 9 wilayah kecamatan diundang untuk membangun persepsi yang sama dalam mewujudkan Jember menuju ODF 100%.
9 kecamatan itu diantaranya Kecamatan Wuluhan, Kecamatan Puger, Kecamatan Balung, Kecamatan Ambulu, Kecamatan Tempurejo, Kecamatan Jenggawah, Kecamatan Mumbulsari, Kecamatan Ajung dan Kecamatan Rambipuji.
Nila, tim dari Unair mengatakan, tim ini terdiri dari tim Unicef dan Unair, melakukan MOU dengan pemerintah kabupaten Jember untuk menuju Jember ODF (Open Defecation Free) atau buang air besar sembarangan. Juga bersama dari dinas kesehatan Jember memberikan masukan dan motivasi kepada seluruh jajaran Muspika, elemen masyarakat agar bisa menyamakan persepsi dalam menjaga hidup sehat dengan tidak BAB disembarang tempat, termasuk membuang tinja ke saluran air yang akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Selain itu, dia juga berharap masing masing Muspika nantinya memiliki program tindak lanjut dari sosialisasi ini.
“Kami bertugas memberikan informasi atas program yang sudah dilakukannya sejak tahun 2019 yakni menuju Jember ODF atau Stop Buang Air Besar Sembarangan” Jelasnya.
Selanjutnya dia katakan, program ini tidak bisa dilakukannya sendirian, namun butuh keterlibatan semua elemen mulai Dari kepala desa, tokoh masyarakat, Fatayat, kader dan karang taruna pun menjadi bagian dari suksesnya program ini, dan yang paling mendasar adalah bagaimana menyamakan persepsi dan perilaku hidup sehat, jika tidak niscaya program menuju ODF tidak bisa berjalan.
Sementara Camat Rambipuji Farid Wajdi mengaku butuh komitmen dan kesamaan persepsi dalam menjalankan program ini, selain itu butuh keterlibatan semua pihak dilapangan, utamanya para kader dan Jumantik yang paling tau dilapangan, siapa yang belum punya jamban di rumahnya, kemudian didata dan disampaikan pada instansi yang menanganinya untuk ditindak lanjuti, karena ini bukan hanya persoalan ada atau belum jamban dirumah mereka, melainkan penyadaran pentingnya tidak buang air besar sembarangan memang butuh waktu panjang. Terutama membangun pola pikir mereka.
“Program ini luar biasa, butuh komitmen dan kelanjutan, juga harus melibatkan semua elemen yang ada, kemudian membangun pola pikir yang sama menuju target yang sudah ditentukan, dan paling penting harus berkesinambungan” urainya.
Ditempat berbeda, Lana (59 tahun), warga masyarakat menilai program ODF ini jangan hanya pada tataran administratif saja, namun harus nyata, karena sangat sulit untuk merubah kebiasaan masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat, butuh waktu, keseriusan, ketegasan dalam menjalankan, bahkan kalau perlu sangsi bagi pelanggar, Jika hanya dilakukan pencatatan dan sosialisasi saja tanpa melakukan pembangunan jamban, rasanya sulit Jember menuju ODF, karena itu butuh keterlibatan semua pihak, butuh kemampuan keuangan untuk membackup program ini. (Arya)