Grebek Suro di Kecamatan Puger tahun ini menjadi tradisi tahunan yang memberikan nilai persatuan. Jika sebelumnya dua desa menyelenggarakan secara terpisah, kini mereka bersatu.
Hal ini yang kemudian oleh Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR menyebutnya sebagai tradisi yang menyatukan.
“Tradisi yang berjalan bertahun-tahun ini menyatukan masyarakat dua desa, dari Puger Kulon dan Puger Wetan,” ungkap Bupati dalam pagelaran Grebek Suro, Sabtu, 14 September 2019.
Karena itu, Bupati mengajak masyarakat terus membangun ide untuk tradisi Grebek Suro lebih baik dalam pelaksanaannya.
“Jangan terpisah-pisah. Jaga persatuan, karena Puger bukan milik sebagain orang, tetapi puger adalah milik bersama,” tuturnya di Alun-alun Puger.
Grebek Suro ini menjadi perayaan memperingati tahun baru Islam, 1 Muharam. Rangkaian acaranya dimulai dari Sema’an Al Qur’an.
Puncak peringatan berupa pawai budaya oleh masyarakat dan larung sesaji ke laut yang menjadi lahan mata pencaharian masyarakat.
Tradisi ini diharapkan benar-benar bagian dari budaya. Tradisi ini harus dijaga, agar sejarah tidak terpisahkan dari masyarakat modern pada masanya.
“Grebek Suro adalah kegiatan yang penuh dengan makna, bukan kegiatan tanpa tujuan,” jelas Bupati.
Salah satu tujuannya yaitu berdoa memohon perlindungan Allah SWT dan meminta rezeki yang barakah.
Bupati melihat antusias warga sangat tinggi, guyub, bahagia, dan meriah. Ini akan didorong untuk lebih berkembang.
Sebagaimana program Pemerintah Kabupaten Jember, akan dipilih sepuluh kegiatan tahunan terbaik untuk menjadi kegiatan rutin yang dibiayai oleh APBD Kabupaten Jember.
Tolok ukur untuk memilih kegiatan itu adalah antusiasme masyarakat dan kesungguhan masyarakat menggelar.
Bupati berharap kedepannya Grebek Suro Puger ini menjadi kegiatan istimewa untuk Kabupaten Jember. (izza/mutia/*f2)