faktajember.com | Budaya | 02 Juni 2019 | 10:13 WIB
Sumbersari – Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR., mendukung berdirinya gedung Sekolah Minggu Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia.
“Melanjutkan generasi yang religius, maka sekolah minggu ini harus didukung karena ditujukan untuk membina keimanan anak-anak dari generasi HKBP,” katanya, Minggu, 02 Juni 2019, di Gereja HKBP Jember.
Bupati menuturkan, bagi orang beragama kehilangan iman sejatinya kehilangan segala-galanya. Sehingga, Sekolah Minggu sebagai upaya agar generasi selanjutnya tidak terlepas dari keimanan.
Dukungan untuk Sekolah Minggu merupakan bagian dari wujud 22 Janji Kerja Bupati – Wakil Bupati, yang menyebutkan perlindungan bagi kelompok minoritas.
Gereja HKBP Jember memiliki jemaat sekitar 50 kepala keluarga. Di Jember memang begitu banyak suku, agama, dan budaya. Tetapi semua duduk berdampingan.
“Boleh jadi agama berbeda, tetapi tuhannya sama. Boleh jadi keimanannya berbeda, tetapi bukan berarti kita tidak bisa bersaudara. Dan, bukan berarti kita tidak bisa bekerjasama,” tutur orang nomor satu di Jember ini.
Pendeta Resort HKBP Malang Pendeta Parulina Sihotang mengungkapkan rasa hormat dan dukungannya atas janji kerja bupati.
“Kami berharap supaya bupati dapat meneruskan ikhtiar yang sudah bupati janjikan kepada tuhan dan rakyat jember,” katanya.
Sebagai bentuk pelayanan Gereja HKBP, lanjut Pendeta Parulina Sihotang, salah satunya pelayanan kepada anak-anak dan generasi muda.
“Yakni dengan satu tempat pelayanan ini, untuk Sekolah Minggu di Gereja HKBP,” jelas Parulina Sihotang.
Ia berharap mudah-mudahan anggota jemaat HKBP Jember menjadi rakyat Jember yang mencintai pemerintahnya dan melakukan yang terbaik untuk Kabupaten Jember.
Peresmian gedung Sekolah Minggu ditandai dengan pemotongan pita di pintu gedung sekolah minggu oleh bupati.
Saat tiba di gereja ini, bupati mendapa sambutan sangat baik dari jemaat. Anak-anak Sekolah Minggu pun senang berfoto bersama.
Bupati bahkan disambut dengan tarian khas Batak, yakni Tor Tor Batak. “Ini tarian untuk menyambut tamu,” cetus seorang perempuan jemaat.
Perempuan dengan latar belakang dokter ini juga berada di tengah-tengah jemaat yang menyanyikan peribadatan dengan Bahasa Batak. (achmad)